Jam beker kecil sudah menunjukkan pukul 5 pagi, waktunya Yuri buat bangun dan bersiap-siap menuju kampusnya. Yuri sudah siap di depan kosnya, tinggal nunggu jemputan dari sang pacr saja. Mereka berdua memang menuntut ilmu di tempat yang sama, cuma fakultasnya saja yang berbeda.Yuri mengambil jurusan Hubungan Internasional dan Riyu nama pacarnya yang memang kebetulan mirip itu mengambil jurusan economy management.
Sebenarnya Yuri berasal dari Semarang, namun dia memilih kuliah di Yogyakarta. Sedangkan Riyu memang asli dari Yogyakarta. Dia memiliki sifatyang sabar dan dewasa yang bias membimbing Yuri dengan sifat manjanya.
Yang ditunggupub akhirnya dating, “Pagi sayank”, sapa Riyu. “Pagi juga sayang, ayokita langsumg berangkat saja ya”, jawab Yuri. “Okey”.
Sekitar 15 menit mereka sampai di kampus.Di kampus mereka dikenal sebagai pasangan yang serasi. Sudah sekitar 1 tahun mereka berpacaran dan jarang sekali mereka ribut. Mereka selalu teriht mesra.
Setelah jam kuliah selesai mereka pulang bersama seperti biasa. Hari ini Riyu mengajak Yuri untuk pergi ke taman tempat favorit sekaligus tempat dimana Riyu mengatakan cintanya pada Yuri. Mereka berdua duduk di tepi danau. Riyu membuka pembicaraan, “Sayank sebentar lagi aku lulus”. “Iya, terus siapa yang jadi tukang ojekku lagi”, Yuri menjawab dengan sikap manjanya sambil menyandarkan kepalanya di pundak Riyu. Riyu mengelus rambut Yuri dengan lembut. “Sebentar lagi aku kerja sayank, dan mungkin akan di luar kota”, “Terus aku gimana, aku gak mau jauh dari kamu”, “Tenang sayank, aku gak bakal jauh dari kamu, aku ttap jagain kamu walaupun dari jauh”, “Jnji ya sayank”. Riyu menjawabnya dengan ciuman di kening Yuri. Malam semakin larut, Riyu mengantarkan pacarnya pulang.
Didalam kamar kosnya, Yuri memikirkan masalah tadiDia tidak mau ditinggalkan Riyu, dia tak bias menjalani hidupnya tanpa Riyu.
Hari dimana Riyu menjalai wisuda telah tiba. Yuri menghadiri wisuda itu, begitu juga ibu dan adik Riyu yang sudah dianggapnya sebagai ibu dan adik kandungnya sendiri. Ibu dan adik Riyu datang lebih dulu. “Bu, sudah lama”, sapa Yuri.”Eh nak Yuri, duduk sini. Ibu baru saja datang”. Kami bertiga duduk deretan kursi kedua.
“Eh centil, kakamu bentar lag lulus tuh”, sapa Yuri pada adik Riyu.”Iya kak, tapi kakak sebentar lagi mau kerja di Jakarta”, “Iya Vi”. Mereka bertiga memang sudah akrab, apalagi Ivi adikRiyu yang sudah menganggap Yuri sebagai kakak kandungnya sendiri.
Acara wisuda yang berlangsung sekitar 3 jam itu akhirnya selesai. Riyu lulus dengan nilai yang lumayn memuaskan.
Tiga minggu setelah wisuda itu berlangsung, mala mini malam terakhir mereka berdua sebelum besok pagi Riyu pergi ke Jakarta. Riyu mengajak Yuri untuk pergi jalan-jalan berdua. “Hari ini aku ingin seharian sama kamu sayank, sebelum besok aku pergi ke Jakarta”, “Sayank..”,sebelum Yuri sempat melanjutkan pembicaraannya, Riyu mencium kening Yuri dengan penuh rasa sayang. Hari itu mereka sangat bahagia, namun dalam hati sebenarnya Yuri sangat sedih, tapi tidak mungkin ditunjukkan kepada Riyu karena Riyu sangat tidak suka melihat wanita yang dicintainya menangis dihadapannya.
Hari ini telah tiba, waktunya Riyu meninggalkan kota Jogja.Orang tua, adik serta Yuri mengantar Riyu ke bandara. Yuri sangat sedih melepas kepergian Riyu. “Sayank, aku gak suka liat kamu sedih, kamu gak boleh nangis”,kata Riyu sambil mengusap air mata Yuri. “Aku gak akan ninggalin kamu sayank, kamu percaya sama aku. Aku selalu biat kamu”. Riyu mengangkat wajah Yuri yang dari tai menunduk sedih. Riyu mencium pipi dan kening Yuri, Yuripun demikian. Akhirnya Riyu berabgkat meninggalkan Yuri.
2 tahun sudah Riyu pergi meninggalkan Yuri. TIba-tiba malam ini kepala Yuri terasa sangat sakit. Dengan teman kosnya, Yuri diantar ke rumah sakit. Dia kaget mendengar hasil pemeriksaannya. “Saya kenapa dok?”, “Anda menderita kanker otak, dan itu sudah cukup parah”. Yuri sangat sedih mendengar itu.
Yuri ingin menceritakan penyakinya ini pada Riyu, namun setahun terakhir ini komunikasi mereka memburuk. Setiap Yuri sms tak satupun dibalas Riyu, begitupun telepon tak pernah diangkatnya.
Saat dia sendiri di kamar memikirkan masalah itu, tiba-tiba handphonenya berbunyi dan itu sms dari Riyu. ‘Aku mungkin pulang 2 hari lagi, nanti aku kabari lagi’. Cuma itu isi pesan singkat dari Riyu, tak ada kata sayang seperti biasanya. Yuri semakin sedih dengan hal itu.
2 hari telah berlalu, dan hari ini Riyu akan pulang. Yuri sudah menunggu dirumah dengan orang tua dan adik Riyu. Saat Riyu pulang, sikap Riyu ke Yuri sangat dingin, mereka seperti orang asing yang baru bertemu. Tak ada kecupan dikening Yuri, tak ada kata sayang seperti biasanya, dan itu membuat orang tua dan adik Riyu bingung.
Sejak kepulangannya, Riyu menjadi orang yang sngat dingin kepada Yuri, mereka jarang bertemu. Riyu menjadi orang yang cuek dan tak perhatian lagi, namun Yuri tetap sabar menghadapinya.
“Ya Tuhan, kembalikan Riyu seperti duu, aku rindukasih sayang dia, aku rindu perhatian dia. Sebelum aku pergi nanti, aku ingin mempunyai kengan yang indah bersama dia”.
Riyu tak pernah menanyakan keadan Yuri yang semakin hari terlihat lemah, dia hanya mengatakan ‘makan yang teratur, istirahat yang cukup biar gak sakit’. Cuma itu saja.
Sebenarnya Ivi mengetahui pengyakit Yuri, tapi Yuri melarangnya untuk mengatakan kepada kakaknya. Yuri ingin dia sendiri yang mengatakannya.
Saat mereka sedang duduk-duduk di kursi taman rumah Riyu tiba-tiba handphone Riyu bordering dan saat itu Riyu sedangmengambil minum untuk mereka. Sms itu dari citra, ‘Sayank aku kangen sama kamu…kapan kamu balik ke Jakarta’. Sms itu membuat Yuri shock. Riyu keluarsaat handphonenya masih digenggam Yuri. Tiba-tiba kepala Yuri terasa sangat sakit dan dia jatuh pingsan. Handphone yang digenggamnya pun jatuh. “Sayank, kamu kenapa”, Riyu terlihat panic melihat keadaan Yuri, dia membawa Yuri ke rumah sakit.
Selama 3 hari Yuri koma. Riyu mengetahui semua yang terjadi dari adiknya. Dia menceritakan semua keluhan Yuri pada kakaknya.
Akhirnya Yuri sadar, dia melihat wajah Riyuyang sangat kawatir. Dalam hati dia berkata ”apa Riyu sudah mengetahui penyakitku?”
“Sayank, kamu sudah sadar’, Yuri kaget mendengar kata-kata itu. “Kamu bias mengulangi ucapanmu tadi”. “Sayank, kamusudah sadar, kamu udah enakan yank”. Yuri tersenyum, dia senang Riyu kembali seperti ulu. “Sayank, maafin aku, aku sudah mengkhianati cintamu. Aku menjalin hubungan dengan orang lain”. “Sudahlah sayank, kamu gak perlu minta maaf. Aku senang sekarang kamu sudah kembali menjadi Riyuku yang dulu. Sayank aku ingin pulang, aku ingin bersenang-senang denganmu seperti dulu”. “Tapi kamu masihsakit sayanl”. “ Aku sudah sembuh yank, tolong yank aku ingin pulang. Disini gak enak”, dia mengatakan sambil tersenyum. “Kamu memangbandel. Iya nanti aku bilang dokter dulu”.
Keesokan harinya Yuri diijinkan pulang oleh dokter. Sore harinya Riyu mengajak Yuri pergi ke tempat favorit mereka. “Sayank, aku ingin habiskan malam ini sama kamu. Aku kangen kamu, aku rindu perhatian kamu”, ucap Yuri. “Iy sayank. Maafin aku ya, aku janji gak akan perah ninggalin kamu lagi, gak akan pernah khianati cinta kita. Soal Citra kamu lupain aja, aku udah mutusin buat ninggalin dia”. Riyu mencium kening wanita yang sangat dicintainya itu, Yuri hanya senyum melihatnya.
Yuri menyandarkan kepalanya yang masih terasa sakit itu di pundak Riyu sambil menggenggam tangan Riyu erat dan memejamkan matanya.
Malam semakin larut, Riyu mencoba membangnkan Yuri yag tertidur di pundaknya, namun tak ada respon dari Yuri.
Beberapa minggu kemudian Riyu kembali ke Jakarta. “Maafkan aku sayank. Aku berjanji setiap aku pulang, aku akan mengunjungimu ke Semarang dengan membawa bunga mawar putih kesukaanmu. Akuakan tetep mencintaimu. Sampai kapanpun kamu tetap milikku, walauou ragamu tak disisiku lagi untuk menemaniku”.